Selasa, 25 April 2017

Semua Orang Butuh Makan 2017

Saya lupa judulnya apa, dari sebuah film yang menceritakan tentang kisah seorang God Father (Mafia), seorang God Father di masa tuanya melakukan percakapan yang kurang lebih seperti ini kepada seorang ajudannya:
"Seorang BOSS Mavia sedang bertanya kepada ajudannya"



Boss : Bero... elu tahu ngsk mengapa dunia ini begitu kacau?


Ajudan : Heem… Nggak tahu Tuan.


Boss : Dunia ini begitu kacau… Saya rasa karena semua manusia harus makan…



Awalnya saya tidak menganggap serius kata-kata ini, tetapi dengan bertambahnya umur, semakin lama saya menjalani hidup, semakin saya merasa kalimat itu ternyata ada benarnya.


Keseluruhan unit kehidupan di alam semesta, atau setidaknya di bumi, membutuhkan sumber energi untuk bertahan hidup. Semuanya harus “memakan” sesuatu. Harus. Karena tanpa suplai energi baru, semua makluk akan musnah.


Ketika Anda pergi keluar dan menatap masyarakat di depan Anda, apa yang Anda lihat kawan?


Ketika Anda menyaksikan anak-anak sekolah merayakan hari kelulusan mereka dari sekolah, ataupun upacara wisuda para mahasiswa/i di Universitas, apa yang Anda lihat kawan?


Atau ketika Anda sedang duduk santai di tempat kerja Anda, sambil melihat orang-orang di lingkungan kerja Anda, entah di kantor, entah di toko, atau mungkin juga di pabrik, apa yang Anda lihat kawan?


Tentu, banyak yang bisa dilihat... Tetapi satu persamaan absolut dari mereka, sama seperti kita sendiri, adalah mereka semua butuh makan. Mereka semua memiliki berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi.



Berikut adalah grafik populasi dunia.


Data Bank Dunia hanya sampai 2015
(Karena revolusi industri & teknologi, penemuan sumber energi baru seperti minyak, gas, dsb, dan juga karena ekspansi masif suplai uang, penduduk bumi dan peradaban dunia sanggup bertumbuh secara eksponensial sejak abad ke-19 sampai sekarang)

Kebutuhan (demand) adalah satu hal, kesediaan berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan itu (supply) adalah hal yang lain. Bukan karena ada demand, lantas pasti akan ada supply. Dunia ini tidak seperti ini.


Coba lihat sekeliling Anda, perhatikan semua barang-barang yang ada… Lihatlah kawan, barang-barang itu ada di sana bukan karena sulap! Sebuah barang ada di tempat seperti yang sedang Anda lihat karena telah melewati rantai produksi dan distribusi yang sangat-sangat panjang… Sejak rantai produksi dan distribusi semua bahan bakunya, sampai ke rantai produksi dan distribusi produk jadinya.


Demand manusia akan selalu ada, irelevan dengan supply. Manusia hanya bisa terus berjuang dan memproduksi, semoga semua kebutuhan mereka bisa terpenuhi, dan berharap agar semua demand selalu bisa diimbangi oleh supply. Ada yang mengatakan demand pasti selalu sama dengan supply, tetapi itu hanyalah slogan, kedengarannya benar, sampai Anda mengecek ke lapangan... Ada masa-masa di mana demand lebih besar dari supply, dan ada masa-masa di mana demand lebih kecil dari supply.


Kita-kita yang masih asyik berinternet-ria, saya percaya sudah termasuk populasi yang cukup beruntung di antara 7,4 milyar penduduk bumi saat ini. Untuk setiap 1 orang yang bisa bermain internet, mungkin saja ada 1000 orang lainnya yang tidak sanggup menikmatinya, bahkan lebih. Bukan karena mereka tidak menginginkannya (demand), tetapi karena mereka tidak sanggup membayarnya, ataupun karena tidak memiliki kesempatan untuk menikmatinya.


Keseluruhan demand yang ada, dipenuhi oleh semua supplier di planet ini dengan menggunakan berbagai sumber daya alam dan manusia, + sebuah medium pengantara untuk mempermudah transaksi, yang dinamakan dengan UANG.


Jadi jangan menganggap enteng masalah uang kawan… Medium ini sama pentingnya dengan semua elemen-elemen sumber daya lainnya… Agar semua demand, semua kebutuhan dan semua keinginan dari manusia bisa dipenuhi di planet ini.


Sama seperti manusia yang membutuhkan makanan sebagai sumber energi, demikian juga dengan system debt based money system. Sistem ini senantiasa membutuhkan debt(hutang) baru sebagai energi, yang bila tanpanya maka keseluruhan sistem ini akan ambruk.



Semua orang di dunia, harus saling bergantian untuk berpartisipasi dalam sistem hutang-berhutang ini. Tanpa hutang, sistem ini ibarat manusia lapar yang tanpa makanan. Tanpa suplai energi, sistem ini akan mati.


Grafik pertumbuhan eksponensial penduduk bumi seperti yang tadi Anda lihat, efek pertumbuhan industri dan teknologi seperti yang sedang kita nikmati, dibiayai sepenuhnya oleh ekspansi suplai uang dunia dalam bentuk kredit sejak ratusan tahun terakhir. Dan sekarang kita mulai melihat tanda-tanda bahwa kemampuan manusia untuk terus berhutang dan memenuhi janji untuk membayarnya sudah berada di ambang limitnya.


Runtuhnya volume hutang adalah runtuhnya suplai energi di debt based money systemSemua barang yang kita nikmati dan pertumbuhan peradaban yang diberikan oleh hutang itu kepada kita akan dibawa pergi ketika hutang itu juga pergi… Ini adalah konsekuensi logis dari sistem yang ada… Seberapa besar potensi kehilangan yang akan dirasakan ya tergantung seberapa besar skala runtuhnya volume hutang ini.


Mengekspansi suplai uang adalah konsekuensi logis dari pertumbuhan…


Tetapi menciptakan uang dalam bentuk kredit (hutang) adalah sebuah pilihan…


7,4 milyar manusia yang butuh makan di dunia, 260 juta penduduk Indonesia tahun 2017 yang perutnya lapar 3x sehari, adalah demand. Sedangkan kemampuan untuk men-supply volume kredit yang dibutuhkan agar semua kebutuhan yang diinginkan para demander ini bisa terpenuhi sudah di ambang batas.



Grafik di atas dimulai dari tahun 1970, periode sebelum 1970 semua angka di atas adalah jauh lebih kecil.


Hei tunggu! Krisis apaan ini? Index Dow Jones kan sudah naik, IHSG juga sudah naik, Rupiah Stabil, Perdagangan Surplus, SUV HRV bergentayangan dimana-mana, mana ada krisis?!

Hehe… Teruslah berpikir demikian. Satu-satunya hal yang dibutuhkan untuk meyakinkan mayoritas publik bahwa tidak ada krisis atau krisis akan segera berlalu mungkin adalah kalau koran dan televisi mengatakan demikian.

Mengapa? Karena suplai uang (kredit) sedang berkurang. Mengapa berkurang? Karena kemampuan konsumen (terutama konsumen utama dunia: publik Amerika) untuk membayar dan mengajukan hutang baru sudah di ambang limit.
Krisis Ekonomi telah berakhir, Perdegangan Indonesia Supluss, Ekonomi tahun 2018 diperkirakan tumbuh 5,7% haha......

Kalau Anda perhatikan situasi akhir-akhir ini (di lapangan nyata, bukan di pasar spekulasi yang nyaris irelevan dengan kehidupan mayoritas orang), ada beberapa jenis manusia / perusahaan sekarang:
* Yang berubah dari untung banyak menjadi untung sedikit
* Yang berubah dari untung sedikit menjadi tidak untung / impas
* Yang berubah dari impas menjadi rugi
* Yang berubah dari rugi menjadi rugi besar dan kemudian bangkrut

+ Sekelompok kecil yang tetap bisa untung besar di era krisis.

Saya tahu dari mana? Bukan begitu Bung Indra Permanen....???

Saya tahu dari berita tentang penurunan ekspor di hampir semua negara di planet ini…

Saya tahu dari penurunan omset di hampir semua pabrik dan retailer di kota saya yang saya kenal…

Saya tahu dari belasan ribu operator yang kontraknya tidak diperpanjang oleh pabrik-pabrik di kota saya…

Saya tahu dari logika umum bahwa setelah operator-operator itu kehilangan pekerjaan dan pendapatan mereka, semua rantai belanja  yang selama ini mendapatkan uang dari mereka akan kehilangan sejumlah omset pendapatan mereka…

Yang sedang membeli barang dari perusahaan manufaktur sekarang, dan yang sedang membeli stok di pasaran retail adalah mereka yang masih bisa untung ataupun mereka yang tidak untung tetapi masih memiliki TABUNGAN.

Volume stok yang mereka beli sekarang pun menurun cukup jauh dibanding periode sebelumnya. Kalau Anda memperhatikan berita, volume penurunan order secara rata-rata di seluruh dunia sudah mencapai antara 20 - 50%, dan tidak ada tanda-tanda kejatuhan akan segera berakhir, apalagi daya beli publik akan berbalik arah.

Kenyataan bahwa efek krisis belum benar-benar terasa bukan karena tidak ada krisis, tetapi karena cukup banyak orang yang masih memiliki tabungan. Efek krisis ini, baik ekonomi, sosial, maupun militer (moga-moga tidak mengarah ke sini) baru akan Anda lihat setelah manusia-manusia di berbagai tempat mulai habis mengkonsumsi tabungan mereka.
When Goods Don’t Cross The Border, Armies Do!

Saya sebenarnya tidak sedang memberikan prediksi kepada Anda apa yang akan terjadi besok, minggu depan, bulan depan, atau tahun depan. Apa yang coba saya tulis di blog ini hanyalah rangkaian sebab-akibat sebuah kejadian yang menurut saya logis dan wajar.

Demand 7,4 milyar penduduk bumi ini masih ada, yang tidak ada adalah daya beli (purchasing power) dari orang-orang yang sama. Kita semua akan menjadi saksi gejolak uang ini, dan bila saatnya sudah tiba, sebagian dari kita akan menjadi pemangsa terhadap yang lain, dan sebagian lagi akan menjadi termangsa oleh yang lain.

Semua orang harus “makan” kawan… Kita semua harus memperebutkan suplai energi (uang) yang tersisa… Sorry

Debt based money system adalah pilihan kita…
“Apa Yang Kau Tanam, Itulah Yang Kau Tuai”

Atau Anda merasa tidak memilihnya? Anda tidak suka dengan sistem yang ada? Apa benar begitu…?

Tanpa aksi, pikiran Anda tidaklah penting... Silence is acceptance…!

Sedikit tambahan, mana sebab – mana akibat dari sebuah kejadian adalah relatif tergantung perspektif waktu.

Kalau Anda mendengar orang mengatakan bahwa asal – muasal krisis kali ini adalah karena sub-prime mortgage dan taruhan derivatif dengan nilai astronomis, itu mungkin memang benar, kalau dunia yang Anda lihat adalah periode 10 - 20 tahun terakhir.

Atau kalau Anda mendengar orang mengatakan bahwa krisis ini disebabkan oleh dolar-system paska perjanjian Bretton Woods tahun 1944, itu mungkin juga benar, kalau periode yang Anda analisa adalah 65 tahun terakhir.

Atau kalau Anda mendengar bahwa krisis ini diprakarsai oleh para bankir zionis super serakah yang ingin memonopoli semua usaha yang mengendalikan hajat hidup orang banyak , itu mungkin juga benar, kalau dunia yang kita lihat adalah periode 250 - 300 tahun terakhir.

Atau kalau Anda mendengar lagi bahwa krisis ini adalah karena sistem kredit (hutang) sebagai uang yang marak dilakukan para bankir swasta sejak abad ke-15 sebagai asal-muasal krisis, mungkin itu juga benar, kalau perspektif waktu diperpanjang lagi ke masa 600 ratus tahun terakhir.

Atau kalau yang Anda dengar adalah masalah riba, akibat sistem yang meminta lebih daripada yang dia berikan, itu mungkin juga benar, kalau perspektif waktu analisa diperpanjang lagi ke masa 2500 – 3000 tahun.

Anda semua tidak harus setuju ataupun memahami apa yang saya tulis sekarang… Di masa-masa mendatang, akan tiba banyak kesempatan dan kejadian yang akan membantu Anda memahami pelajaran dari kalimat ini…

“Semua makluk (& sistem) butuh makan (sumber energi)…, & Kemampuan alami manusia untuk berhutang dan memenuhi janji untuk membayarnya sudah melewati ambang batas. 7,4 milyar demander malang di planet ini tidak sanggup lagi memberi makan sistem debt based money system ini. "

Dan bagi Anda yang berpikir pemerintahan ini akan menyelamatkan kita, teruskanlah mimpi indah Anda… Pemerintah, sebagai sebuah institusi, juga tidak terlepas dari kenyataan hidup yang sama (butuh “makan”)







1 komentar:

  1. Wah parah kalau begitu mgkn jumlah manusia harus dikurangin dong ya..

    BalasHapus