Senin, 10 Juli 2017

KELAS MENENGAH NYARIS TANPA KONTRIBUSI


Hari ini tanggal 21 Juni 2017, Hari Rabu 3 hari lagi umat Islam akan merayakan Idul Fitri 1438 H, Jalan Tol JOR seakan tak pernah Sepi.

Foto yang diambil saat itu jembatan penyebrangan Bambu Apus.

Tol sebagai jalan bebas hambatan penghubung wilayah pemukiman ke wilayah Bisnis, Kemacetan sudah menjadi Rutinitas sehari-hari para karyawan menuju tempat kerjanya dan kemacetan hampir tidak bisa  dihindari, karena ketergantungan kepada TOL jalan bebas hambatan berbayar kondisi namun mau tidak mau harus terima.
Rutinitas yg monoton kelas menengah yg setiap hari menghabiskan waktu sebagian besar di jalan dan tempat kerja nyaris tanpa kontribusi di lingkungannya secara perekonomian, waktu libur sabtu minggu biasanya digunakan untuk istirahat, kumpul bersama keluarga atau mengajak keluarga liburan kalau sempet kontribusi dilingkungannya paling banter kerja bakti bersih-bersih atau arisan.
Kelas menengah terlihat mentereng dengan SUV atau MVP nogkrong digarasi dan tinggal dipemukiman real estate, untuk pendidikan anaknya mereka pun ingin terlihat berkelas, Al-azhar, Penabur atau sekolah terpadu lainnya yg kesehariannya menggunakan bahasa inggris.
Tahukah anda darimana mereka berasal kelas menengah ini??... Perguruan Tinggi Negeri seluruh kota besar yg ada di Indonesia dan Luar Negeri atau Swasta yg terakreditasi A,B yg biayanya sebenarnya cukup mahal seperti Trisakti, Atmajaya, UHAMKA, BINUS yg hanya mengejar nilai akademis aspek quantitatif tetapi kering dengan nilai spiritual, mayoritas walau tidak semua, maaf saya tidak menyebut IPB karena mereka bisa berkontribusi untuk suplay bahan pangan Nasional.
Lantas permasalahannya dimana? Seberapa besar kontribusi mereka dalam perekonomian dilingkungannya itulah yg membuat perputaran ekonomi hanya berputar dikalangan atas.
Setelah mereka lulus kuliah dan bekerja biasanya mereka masih tinggal dengan orang tua atau sewa rumah. Pada saat menikah acara reseprsi dilaksanakan digedung ditambah catering yg cukup mahal disinilah biasanya orang tua biasanya Hutang kepada bank untuk menutupi biaya resepsi dan setelah menikah orang tua masih menanggung cicilan hutangnya jika sampai pension belum lunas biasanya anak yg bersangkutan melanjutkan cicilannya, belum sampai disitu biasanya pasangan muda akan mengajukan kredit perumahan diwilayah berkembang dipinggiran ibu kota jika mereka bergaji cukup besar biasanya akan mengambil real estate yg agak berkelas belum cukup sampai disitu berhubung lokasi cukup jauh dari tempat kerjanya tapi masih terjangkau maka mereka mengajukan kredit mobil, bisa dikatakan penghasilan mereka menjadi terasa ngepas karena besarnya kewajiban yg harus mereka bayar setiap bulannya.
Dimana wilayah pemukiman kelas menengah ini berada yups… dipinggiran ibukota Jakarta JABODETABEK yg notabenenya penduduk lokal adalah orang Betawi.
Penduduk lokal hanya dianggap orang-orang kampungan, terbelakang, bodoh, miskin yg jualin tanahnya dengan harga murah karena kebutuhan dan pada akhirnya menjadi penyewa ditanahnya sendiri, keras adatnya dan jelek orangnya itu sebagian besar yg dibayangkan orang-orang.
Mulai dari bangun tidur biasanya mereka terbangun karena suara azan subuh yg dikumandangakan dari mushola dan masjid lokal yg biasanya sang muazin orang betawi karena mereka rajin sholat. Pada saat mereka sarapan biasanya makan roti selai dan keju atau telor ceplok atau minta carikan sarapan sama OBnya jika sudah tiba dikantor atau kekantin kantor, jadi biasanya mereka males turun dari mobil untuk membeli sarapan nasi uduk, kue ketan, zalabiah, gemblong atau lopis dengan minum the manis hangat jualannya penduduk lokal orang Betawi, padahal mereka akhirnya lewat TOLnya dengan tariff pasti lebih mahal dari sebungkus nasi uduk betawi dan antrian cukup panjang dipintu TOL dan kemacetan didalam TOL dan pintu keluar TOL, disini kelas menengah masih merasa hal itu spele, pada saat pulang kerja biasanya mereka sudah cukup letih karena pekerjaan dan kemacetan dijalan, mana sempat mereka mengenal tetangga  dan bertegur sapa.
Dimana kelas menengah menghabiskan uang sehari-hari??....  DiTOL dan Bensin makan itu murah, walau makan murah mereka hamper tidak pernah membeli kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya diwarung lokal orang betawi… mereka lebih senang belanja ditukang sayur dorong yg notabenenya orang jawa yg merantau atau supermarket untuk kebutuhan sehari-hari, sementara kebutuhan bulana seperti sabun, sampo, pembersih lantai, pasta gigi, beras mereka lebih suka belanja bulanan di supermarket besar, alasanya karena bisa bayar dengan kartu kredit, gesek non tunai dan nyaman tempatnya. Sampai disini jelas hamper tidak ada kontribusi ekonomi kelas menengah.
Penduduk lokal orang betawi hanya dijadikan objek untuk disedekahin dan hanya menciptakan mental miskin, pengemis dan malas, padahal mereka sudah mencoba menerima keadaan zaman untuk bisa menyesuaikan kondisi seperti itu dengan berjualan Nasi uduk, hasil pertanian, membuka warung sayur dan kelontong, menjadi kuli bangunan, bukan itu yang mereka inginkan, mereka ingin diakui existensinya sebagai warga Negara Indonesia dengan adilnya perputaran roda ekonomi agar mereka tidak dijadikan objek sedekah kelas menengah.
Perlu diakui orang Betawi cukup taat beribadah, terang saja mereka sekuat tenaga menghindari Riba(Bunga Bank) untuk menikahkan anaknya biasanya mereka menjual tanahnya, untuk membeli mobil biasanyapun demikian, walau tidak semua dan adal alas an rendahnya pendidikan orang betawi membuat mereka tidak diACC kreditnya atau kecil plafonnya dan kesulitan akses modal.
Untuk Pendidikan anak-anak kelas menengah pun bisanya mereka lebih memilih sekolah Negeri atau seklah swasta berkelas dan sekolah Madrasah yg didirikan orang betawi dipandang sebelah mata, karena kampungan dan tidak mejamin masa depan, tapi kelas menengah lupa jika mereka mati atau menikah Modim atau penghulunya orang betawi, dengan kata lain Agama Islam dipakai hanya untuk mensolati orang mati dan menikahkan. Bahasa betawi dianggap bahasa Norak, kampungan, Kasar. Mereka lebih senang menggunakan bahasa inggris dicampur aduk bahasa Indonesia justru terkesan mengelikan.
Sementara pengeluaran terbesar kelas menengah ada dicicilan rumah, mobil, asuransi, pendidikan anak dan kemana larinya uang ini tentu kepada kapitalis pemilik modal si produsen mobil, developer real estate, pendidiri yayasan sekolah internasional dan perusahaan asuransi, investor infrastruktur TOL, supermarket dan tempat hiburan, yg mereka memiliki akses modal, jaringan luas, pengalaman dan dukungan pemerintah. Seoalah penduduk betawi dibiarkan mati perlahan-lahan, tersisihkan yg kadang membuat mereka menjadi anarkis, premanisme dan vandalisme. Jika ada orang betawi yg telah mengenyam pendidikan untuk coba bersaing di Dunia kerja persaingan sangat berat karena harus menghadapi kandididat dari lulusan universitas Negeri seluruh kota besar Indonesia dan luar negeri yg sangat banyak jumlahnya. Tetapi itu tidak menjadi masalah asal kelas menengah sadar dan mengerti, kemaana uang mereka pergi dan untuk apa pendidiakn mereka, jika hanya untuk menjadi robot pekerja dan berkembang biak tunggu saja ledakan krisis ekonomi yang sangat besar dan menyedot seluruh kekayaan kelas menengah yang sudah sejak lama mereka kumpulkan.
Kelas menengah menganggap dirinya cinta kebersihan dan lingkungan, anggapan itu tidak selalu benar, kelas menengah hanyak bekerja, tidak peduli dengan sampah yang ia hasilkan, mereka beralasan bisa membayar dan diurus oleh Dinas kebersihan setempat, tapi tahukah anda wahai kelas menengah, kemalasan anda untuk memisahkan sampah organik dan anorganik dapat mebuat penumpukan sampah dipenampungan sementara menjadi busuk dan sulit dipilah-pilah, bau busuk ini dan munculnya jenis penyakit baru dan kuman ganas karena kontribusi anda. Ya memang anda telah membayar iuran sampah dan anda telah menyerahkan tanggung jawab sampah rumah tangga anda kepada orang lain bukanberarti masalah hilang. Seperti yg sudah-sudah jika penduduk lokal bantar gebang marah dan melarang anda membuang sampah dibantar gebang dalah hitungan hari anda akan menjumpai tumpukan sampah yg menggununung bau bususk yg menyengat. Sadarlah… lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar