Senin, 10 Juli 2017

Perbankan adalah Perbudakan (Modern)


Sejak 1939 — melalui THE GRAPES OF WRATH, terbit April 1939, novel yang memberi kepada penulisnya Nobel pada 1968 — John Steinbeck, novelis itu, sudah mengingatkan kita mengenai kezaliman bank, dengan menggambarkan perbudakan yang dilakukan bank terhadap para petani penggarap lahan milik bank — lahan itu sebelumnya milik para petani, yang kemudian dikuasai bank melalui pinjaman bank yang gagal-bayar.
Itu lebih dari 75 tahun silam. Kita gagal-paham, karena hari ini kita bahkan dengan suka rela menjadi budak bank —- dengan senang hati, dengan bangga.
Buku NEGERI ENAM INCI, menggambarkan perbudakan modern itu, salah satunya, sebagai berikut:
“Para budak pada zaman sekarang adalah orang-orang yang juga mungkin saja mempunyai istana dan tanah perkebunan. Mempunyai kecukupan dalam soal harta benda. Mempunyai cara-cara untuk bekerja dan berproduksi yang lebih efisien dan lebih baik. Kalau pun mereka tidak dikuasai oleh seorang pun dalam soal harta benda dan jiwa mereka, tetapi mereka saling berebut di pintu Oligarki Bankir, tuan mereka yang baru. Mereka saling berebut untuk menjadi budak-budak dan memberi jasa. Mereka sendiri yang meletakkan belenggu di tengkuknya. Merantai kakinya dan memasang lencana perbudakan, dengan saling berebut dan dengan penuh rasa bangga.” (hlm. 215)
Kembali ke THE GRAPES OF WRATH. Dalam novel yang dalam edisi bahasa Indonesia diterbitkan dengan judul AMARAH, John Steinbeck menggambarkan para petani sebagai budak, sementara bank sebagai mesin sekaligus tuan yang tak berperasaan dan berkuasa. Bank digambarkan sebagai “makhluk yang tidak bernafas di udara, tidak makan daging.” Mereka “bernafaskan keuntungan, mereka makan bunga uang”. Tapi “Kalau mereka tidak dapatkan itu, mereka mati seperti kalian mati tanpa udara, tanpa daging. Merupakan hal yang menyedihkan, tetapi begitulah. Ya memang begitu.”

“Bank — monter itu harus selalu punya keuntungan. Dia tidak bisa menunggu. Dia akan mati. Tidak, pajak terus. Ketika si monster berhenti berkembang, dia mati. Dia tidak bisa tetap dalam satu ukuran.”
“… Bank tidak seperti manusia. … Dia itu monster.”
“Ya, tetapi bank cuma bikinan manusia.”
“Tidak, kalian salah di situ — benar-benar salah di situ. Bank adalah sesuatu yang lain daripada manusia. Setiap manusia di bank membenci apa yang dilakukan bank, meskipun begitu bank melakukannya. Bank adalah sesuatu yang lebih dari manusia. Aku katakana padamu. Itu monster. Manusia membikinnya itu, tetapi mereka tidak bisa mengendalikannya.”

“… Monster bukan manusia, tetapi dia bisa membuat manusia melakukan apa yang dia mau.”
(beberapa kutipan dari novel AMARAH I; hlm. 40-42)
http://tanpabank.com/perbankan-adalah-perbudakan-modern/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar