Senin, 10 Juli 2017

Kemakmuran dan Riba


I
Di zaman bergelimang riba saat ini, jika kita ingin menghindari riba, kita sulit memiliki motor/mobil dan rumah. Kalau kita memilikinya, kita harus memakan riba. Sebagian besar orang memilih keduanya: menikmati kemakmuran yang bergelimah riba — jika belum juga menyadarinya, saya ucapkan selamat datang di perangkap kemakmuran/riba.
II
Alih-alih berusaha keluar dari perangkap dosa besar riba, sebagian orang malah memilih terlibat dalam lomba menimbun riba. Dulu, lombanya masih sebatas pada kredit motor dan barang-barang perlengkapan rumah tangga sederhana. Tetapi melihat tetangga punya Avanza baru, dan mengganti televisinya yang 17 inci — dan tahu bahwa benda-benda itu dapat diperoleh dengan kredit berbunga (riba), sebagian orang menambah timbunan riba untuk mendapatkan Innova dan televisi layar datar 36 inci.
III
Kemakmuran dan riba bukanlah pertukaran satu dimensi. Kecuali jika kita menganggapnya demikian, dan memilih untuk menjalani kehidupan kita dengan cara seperti itu. Sayangnya, sebagian orang melakukannya, dan menganggap riba sekadar makruh — seperti makan petai atau cengkol. Padahal riba adalah haram, dan Allah Ta’ala beserta Rasul-Nya, Shallallahu ‘alaihi wa sallam, telah menyatakan perang terhadap para pelakunya.
— Sumber: buku “I Killed The Bank”; hlm. 223-224

Tidak ada komentar:

Posting Komentar