Senin, 10 Juli 2017

Pemerasan Nasional Tak Lama Lagi...


Tak lama lagi tahun ajaran baru akan dimulai. Ini artinya kecemasan yang berulang bagi para orangtua. Jantung berdegup lebih kencang.
Menyerahkan anak ke sekolah — bahasa orang baik-baik: menyekolahkan anak — berarti “mengikatkan diri pada biaya”, bahkan selama belasan tahun, dan hal ini bukan perkara gampang bagi kebanyakan penduduk di negeri ini.
Untuk kalimat “mengikatkan diri pada biaya”, saya lebih suka menggantinya dengan kalimat” “mengikatkan diri pada pemerasan oleh dunia pendidikan”. Para orangtua dengan suka rela diperas hanya agar tidak dicela — dikata-katain gimana gitu — oleh para tetangga.
Celakanya, “kesukarelaan massal diperas industri sektor pendidikan” ini hanya menghasilkan manusia arogan secara intelektual, melahirkan kaum terpelajar yang tidak berani “kurang ajar”, mencetaknya menjadi kaum terdidik yang ditinggikan langit pemikirannya, tapi dibutakan mata batinnya, menjadi kaum terdidik yang tidak berani menghardik kedungu-congkakkan sendiri.
Sekolah biaya (sangat) tinggi, karena pendidikan bukan saja telah menjadi komoditi. Tapi pendidikan, kegiatan sekolah, sudah menjadi ajang para bankir membungakan uang mereka.
Mulai dari gedung sekolah, sampai sarana dan prasarana pendidikan, dari komputer sampai labaoratorium bahkan perpustakaan, adalah ajang kredit berbunga. Semuanya diadakah dengan pembiayaan dari para bankir melalui ngutang yang berbunga ganda.
Bahkan SPP, ya, para mahasiswa kita untuk membayarkan iuran bulanan atau tahunannya pun sudah menggunakan kredit berbunga.
Begitulah, tragedi pendidikan kita hari ini! Jadi ajang pemerasan bukan ajang pencerdasan.
http://tanpabank.com/pemerasan-nasional-tak-lama-lagi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar